Jumat, 23 Juli 2010

Komunikasi Politik


MEDIA DAN POLITIK


2.1. Definisi Komunikasi Politik

v Komunikasi

Definisi mengenai komunikasi ini cukup beragam, banyak sekali para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi komunikasi ini, diantaranya adalah:

Ruben mengatakan: “ komunikasi sebagai proses dimana seseorang didalam hubungannya dengan kelompok, organisasi dan masyarakat merespons dan menciptakan pesan untuk melakukan hubungan dengan lingkungan dan orang lain.”

Shannon secara sederhana mengatakan: “komunikasi adalah pentransmisian dan penerimaan informasi.” Sementara Lawrence Fery dkk : “komunikasi merupakan manajemen pesan untuk menciptakan makna tertentu.” Artinya, pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seseorang kepada sipenerima, sehingga esesnsi makna dari pesan itu tidak menyimpang terlalu jauh dari yang diharapkan.

Tetapi Nimmo mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dn untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol.

v Politik

Banyak sekali definisi-definisi mengenai politik yaitu:

Menurut Laswell “politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, bagaimana”, Easton mngatakan “politik adalah pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang”, Dahl “politik sering diartikan sebagai kekuasaan dan pemegang kekuasaan”, sementara Mark Roelofs mengatakan “politik adalah pembicaraan atau lebih tepatnya kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara (berkomunikasi)”, meskipun demikian menurutnya politik tidak hanya pembicaraan dan tidak semua pembicaraan adalah politik. Artinya politik adalah hakikat pengalamannya dan bukan kondisi dasarnya.

Kesimpulan dari semuanya Nimmo mengatakan “politik sebagai kegiatan yang secara kolektif mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Lebih jauh lagi ia mengatakan setiap manusia berbeda satu sama lain, dan perbedaan inilah yang merangsang terjadinya konflik. Jika mereka berselisih secara serius maka mereka memperkenalkan masalah yang bertentangan itu dan menyelesaikannya. Kegiatan itulah

v Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah suatu kegiatan komunikasi berdasarkan konsekuensi-konsekuensi (actual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia didalam kondisi-kondisi konflik. Dari pengertian tersebut memberi makna bahwa komunikasi politik juga membahas hubungan antara komunikasi, kekuasaan dan konflik. Apalgi kekuasaan itu tidak lain adalah proses pembicaraan melalui pesan-pesan komunikasi. Jadi komunikasi akan mempunyai nilai politik bila arus informasi atau pesan yang disampaikan dari sumber kepada penerima mengandung pesan politik yang dipertentangkan. Oleh sebab itu membicarakan kekuasaan dari sudut pandang komunikasi konflik maka salah satu focus utamanya adalah melihat relasi komunikasi dan politik menurut Harsono suwardi.

Mengingat efek media yang begitu besar terhadap khalayak, baik dalam rangka pemberian informasi, sosialisasi suatu gagasan atau bahkan keinginan kelompok tertentu untuk membentuk opini publik terhadap suatu masalah tertentu, maka media sering dijadikan alat dan saluran komunikasi yang jitu dalam komunikasi dan konflik politik. Disini tampak bahwa isi media sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstra media, termasuk faktor komunikator politik, disamping organisasi media itu sendiri.

2.2. Peran Komunikator Politik pada Media

Berkaitan dengan posisi komunikator dalam menentukan isi media, komunikator politik dibagi kedalam tiga kelompok :

v Komunikator Politikus

Politikus sebagai komunikator politik dalam pelaksanaannya terkadang bertindak sebagai wakil partisan dan terkadang pula bertindak sebagai ideolog. sebagai wakil partisan, komunikator politik mewakili kelompok tertentu dalam tawar-menawar dan mencari kompromi pada masalah-masalah politik. Mereka bertindak dengan tujuan mempengaruhi opini orang lain, mengejar perubahan atau mencegah perubahan opini. Mereka adalah makelar yang membujuk orang lain agar ikut dan setuju dengan ide yang ditawarkannya. Komunikator sebagai wakil partisan dalam konteks ini maksudnya adalah para elite politik partai, para anggota DPR, atau para menteri yang ditugasi khusus oleh presiden untuk melakukan berbagai lobi dan komunikasi politik dengan kelompok atau partai politik lain. Sedangkan sebagai ideolog, mereka berusaha mempengaruhi opini publik dengan mengendalikan situasi agar menguntungkan pihaknya, dan juga dengan menetapkan dan meyakinkan orang pada satu cara berpikir tertentu. Mereka adalah pesilat lidah yang menawarkan gagasan yang lebih baik. Dengan demikian, wujud politikus sebagai komunikator politik sekaligus sebagai wakil partisan dan ideolog hanya berbeda pada derajatnya, bukan pada jenisnya. Yang termasuk ke dalam komunikator politik tipe ini adalah setiap calon atau pemegang jabatan politik, baik yang dipilih, diangkat, ditunjuk, maupun pejabat karier tanpa mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudikatif.

v Komunikator Profesional

Komunikator professional adalah peranan sosial yang relative baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama yaitu munculnya media massa dan perkembangan media khusus.

Seorang komunikator professional menurut James Carey “adalah seorang makelar symbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan dan minat sutau komunitas bahasa kedalam istilah-istilah komunikasi bahasa yang lain yang berbeda tetapi menarik dan dapat dimengerti”.

Mereka menghubungkan para pemimpin yang satu dengan pemimpin lainnya sekaligus para pengikutnya. Mereka ini terdiri dari dua kelompok, yaitu para jurnalis dan para promotor. Jurnalis adalah setiap orang yang secara langsung berhubungan dengan media berita dalam pengumpulan, persiapan, penyajian dan penyerahan laporan-laporan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah reporter pada Koran, Majalah, Radio, Televisi, atau media lain dan koordinator berita televisi. Sedangkan promotor adalah orang yang mengajukan kepentingan pelanggan tertentu dengan mendapatkan imbalan. Yang termasuk ke dalam, kelompok ini adalah agen publisitas tokoh masyarakat, personel hubungan masyarakat, baik pada organisasi swasta maupun pemerintah, pejabat informasi publik pada jawatan pemerintah, sekretaris para kepresidenan, personel periklanan perusahaan, manajer kampanye dan pengarah publisitas kandidat politik, spesialis teknisi (kameraman, produser dan sutradara film, pelatih pidato, dan sebagainya) yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan tokoh masyarakat lainnya, asisten anggota parlemen, dan semua jenis makelar simbol yang serupa."

Maka komunikator professional adalah manipulator dan makelar symbol yang menghubungkan para pemimpin satu sama lain dan dengan para pengikut.

v Komunikator Aktivis

Unsur dasar dalam jaringan komunikasi politikus adalah aparat formal pemerintah, ia menduduki atau bercita-cita menduduki suatu posisi dalam jaringan itu. Sebaliknya, komunikator professional memainkan perannya baik dalam jaringan media massa maupun medsia khusus atau menghubungkan kantor-kantor pemerintah dengan media itu seperti yang dilakukan oleh pejabat informasi publik dalam jawatan pemerintah.

Aktivis sebagai komunikator politik terdiri atas dua kelompok yang masing-masing menggunakan dua jaringan berbeda, yaitu jaringan organisasional dan jaringan interpersonal. Kelompok pertama adalah juru bicara yang menggunakan jarinagn organisasional, sedangkan kelompok kedua adalah pemuka pendapat yang menggunakan jaringan interpersonal. Juru bicara ini biasanya tidak bercita-cita untuk memegang jabatn tertentu di pemerintahan. Mereka bukanlah aktivis politik professional dalam komunikator politik melainkan karena mereka juga terlibta, baik dalamj politik maupun dalam komunikasi. Maka dapat disebut aktivis politik semiprofessional. Tugas juru bicara ini mirip dengan jurnalis, yaitu melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi.

Sedangkan jaringan interpersonal mencakup pemerintah komunikator politik utama, yaitu pemuka pendapat. Mereka adalah orang yang dimintai petunjuk dan informasinya sebelum suatu persoalan diputuskan. Sehingga setiap keputusan yang diambil banyak dipengaruhi oleh pemuka pendapat tersebut. Mereka meyakinkan orang lain pada cara berpikir tertentu. Selain itu, mereka juga bertugas meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum. Dalam arus komunikasi dua tahap ini gagasan pemuka pendapat, dan dari mereka kemudian diputuskan kepada penduduk yang kurang aktif.

Tiga model komunikator politik seperti disebutkan di atas itulah yang melaksanakan tugas perwakilan dan persuasi dalam komunikasi politik. Komuniksi politik yang menjalankan tugas perwakilan diantaranya sumber dan khalayak adalah wakil parati, jurnalis dan juru bicara. Mereka itulah yangn menetapkan, melukiskan, bahkan mengubah situasi dengan berbagai alasan. Sedangkan komunikator politik yang menjalankan tugas persuasi, yaitu mengubah titik pandang dalam situasi tertentu adalah ideology, promotor dan pemuka pendapat. Perbedaan komunikator politik dari penduduk atau masyarakat pada umumnya yang juga berpikir, berbicara dan bertindak tentang politik terletak pada pengaruh mereka dalam proses pembentukan opini.

Menurut penelitian di Amerika Serikat, seorang pemimpin politik selalu memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Namun demikian, secara keseluruhan orang-orang yang memegang jabatan tertentu tidak mewakili keanekaragaman sosial yang menjadi populasi umum. Hal ini bisa dilihat dari pejabat yang dipilih, ditunjuk (baik eksekutif maupun yudikatif) dan juga pejabat karier yang kebanyakan adalah laki-laki, pengacara berasal dari kalangan yang status ekonominya tinggi, dilahirkan dari keluarga kulit putih, Eropa utara dan beragama protestan.

Dalam menyampaikan pesan-pesan pilitiknya, para komunikator berperan saebagai nara sumber yang paling diburu wartawan. Charisma mereka yang sanagt besar membuat ucapan dan gagasan-gagasannya selalu didengar dan dipatuhi. Namun demikian, ucapan dan gagasan mereka selanjutnya diseleksi dan diformat ulang oleh media yang memiliki kepentingan khusus, sehingga yang muncul di dalam berita-berita tidak selau sama dengan yang dimaksudkan oleh sang komuniktor.

Begitu besarnya peran awak media dalam memformat ulang setiap fakta dan kejadian yang ada sehingga gambar dan citra serta semua sepak terjangnya menimbulkan realitas beragam. Keragaman realitas inilah yang kemudian memunculkan ‘pembenaran’ terhadap sebuah konsep atau gagasan tertentu. Padahal usaha pembenaran itu sesungguhnya merupakan ‘rekayasa’ ulang yang dilakukan media dengan memilih bagian-bagian pokok atau tema-tema tertentu yang perlu ditonjolkan atau dihilangkan dalam menguraikan sebuah fakta peristiwa politik. Akibatnya, yang muncul dalam benak para pembaca (khalayak) adalah realitas semmu yang telah dibentuk berdasarkan politisasi symbol-simbol.

2.3. Saluran Komunikasi Politik

Saluran komunikasi adalah alat seta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Kembali kepada definisi manusia menurut pendapat Kenneth Burke saluran adalah ciptaan makhluk pemakai lambang untuk melancarkan saling tukar pesan. Saluran komunikasi memang temuan akan tetapi, saluran mencakup lebih dari alat, sarana dan mekanisme seperti mein cetak, radio, telepon atau computer. Yang harus lebih diutamakan dari semua saluran yang ditemukan ialah manusia sendiri, saluran yang paling asasi bagi komunikasi manusia.

Seperti yang dilakukan oleh psikolog George Miller, kita harus “menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang disediakan oleh rangsangan yang kita berikan dan keluaran yang merupakan tanggapannya terhadap rangsangan itu”. Berbeda dengan megafon, alat untuk memperkuat bunyi, atau telepon yang mengubah suara manusia menjadi isyarat listrik dan kembali lagi menjadi suara manusia pada ujung penerima, manusia sebagai saluran mengubah masukan menjadi keluaran dengan cara yang aneh, kreatif, dan sering tak dapat diduga. Saluran komunikasi manusia bukanlah pemancar informasi bersambung yang memiliki high fidelity. Manusia juga tidak seperti telepon, hanya mata rantai yang menyambungkan para komunikator. Saluran manusia itu aktif dan selektif, tidak pasif dan netral. Otak manusia menyandikan kembali dan mentranspormasi pesan, bukan mekanisme untuk pengalihan bersambung yang sederhana.

Dengan mengingat bahwa manusia adalah saluran dan juga sumber serta penerima dalam komunikasi, maka yang pertama-tama kita tekankan ialah saluran manusia bagi komunikasi politik. Namun, kita tidak akan mengabaikan media mekanis, teknik, dan sarana yang meningkatkan kontruksi citra manusia melalui saling tukar lambing. Akan tetapi, justruu itulah guna alat-alat tersebut, yakni untuk memudahkan, tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Sebaliknya, bila dipikirkan bahwa pada dasarnya manusia, “maka saluran komunikasi itu lebih daripada sekedar titik sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dan dapanya dipercaya”.

2.4. Tipe Saluran

Satu tipe utama saluran menekankan komunikasi satu-kepada-banyak, yaitu :

v Komunikasi Massa.

Ada dua bentuk saluran komunikasi massa, masing-masing berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi satu-kepada-banyak:

· Komunikasi tatap muka : seperti bila seorang kandidat politik berbicara di depan rapat umum atau ketika seorang presiden muncul di depan khalayak besar reporter dalam konferensi pers.

· Komunikasi terjadi jika ada perantara di tempatkan diantara komunikator dan khalayak: disini media, teknologi, sarana, dan alat komunikasi lainnya turut serta. Contoh komunikasi massa berperantara ialah pidato kepresidenan ke seluruh Negara (satu-kepada-banyak) melalui televisi.

Komunikasi massa melintasi pembagian structural di dalam masyarakat seperti ras, pekerjaan, wilayah, agama, kelas sosial dan partai politik untuk menarik khalayaknya yang terdiri atas orang-orang yang bertindak terutama sebagai individu, bukan sebagai anggota kelompok. Dalam karyanya sosiolog Charles Wright berargumentasi bahwa media massa menyajikan jenis khusus komunikasi yang melibatkan tiga perangkat kondisi khusus: sifat khalayak, pengalaman komunikasi dan komunikator.

Adapun teori-teori yang termasuk kedalam Komunikasi Massa yaitu:

1. Teori perseptual

Jika filsof William james menulis, “kehidupan intelektual manusia hamper seluruhnya terdapat dalam penggantian tatanan perseptual sebagai sumber pengalamannya dengan tatanan konseptual.” Mc Luhan mengambil pandangan yang lebih deterministic, yaitu pandangan determinisme teknologis. Bagi Mc Luhan, setiap media komunikasi mempunyai gramatika. Gramatika adalah aturan kerja yang erat hubungannnya dengan gabungan indera yang berkaitan dengan penggunaan media oleh seseorang. Setiap gramatika media dibiasakan untuk kepentingan indera tertentu.

Karena setiap media dibiaskan terhadap indera tertentu dan penggunaan media menghasilkan pengandalan yang berlebihan, atau bias, dalam keseluruhan pola indera manusia, akibatnya ialah bahwa media mempunyai akibat yang sangat kuat terhadap orang yang menggunakannya. Selanjutnya Mc Luhan dalam teorinya mengatakan televisi berkaitan dengan demokrasi kolektif. Ketika Mc Luhan mengacu kepada televisi sebagai media yang dingin, bukan yang panas, ia mengatakan bahwa orang tidak hanya menonton televisi, tetapi ia terlibat didalamnya. Televisi adalah media yang informasinya rendah, televisi hanya menayangkan impuls elektronik kepada penontonnya, penonton harus menafsirkan, menemukan pola dan membuat impuls-impuls itu bermakna. Media yang panas memaksakan makna kepada pembaca atau pendengar.

2. Teori fungsional

Teori fungsional yaitu teori komunikasi massa, yang mengamati berbagai jenis fungsi media bagi pembaca, pendengar dan penonton.

3. Teori permainan

Teori permainan, seperti yang dirumuskan oleh psikolog William Stephenson, berargumentasi bahwa kita berkomunikasi hanyalah demi kesenangan yang kita peroleh dari tindakan itu sendiri. Hubungannya dengan politik yaitu politik dari titik pandang publik dilihatnya sebagai permainan: ‘ para diplomat dan politikus melakukan pekerjaannya; publik hanya mempunyai sesuatu yang diberikan kepada politik untuk dibicarakan, untuk memberi kesenangan berkomunikasi kepada mereka.’

4. Teori parasosial

Kelompok lain perumus teori berargumentasi bahwa komunikasi massa berfungsi memenuhi kebutuhan manusia akan interaksi sosial. Hal ini tercapai jika media massa memberi peluang bagi hubungan parasosial, yaitu melibatkan orang-orang ke dalam apa yang tamnpaknya merupakan keakraban hubungan tatap muka tanpa terjadinya hubungan langsung. Secara khas para anggota khalayak radio, televisi atau film berhubungan dengan tokoh di dalam media massa itu seakan-akan tokoh tersebut hadir di dalam lingkungan sosial mereka. Hubungannya dengan politik yaitu, banyak dari format ini yang digunakan oleh para komunikator politik untuk membangun jembatan parasosial yang menghubungkan pemimpin dan pengikut.

5. Teori guna dan kepuasan

Pendekatan guna dan kepuasan dimulail dari anggapan bahwa anggota khalayak media adalah peserta aktif dan selektif dalam keseluruhan proses komunikasi. Mereka bukan hanya penerima pesan yang pasif, melainkan dengan bertujuan memasuki pengalaman komunikasil sebagai makhluk yang berarahkan tujuan. Jadi, tidak ada media seperti televisis, yang menggunakan orang, tetapi orang yang menggunakan televisi. Anggota khalayaklah, bukan komunikator yang memilih media tertentu untuk penawar kebutuhan yang menonjol. Media massa hanyalah suatu cara yang digunakan orang untuk mencapai pemuasan kebutuhannya. Interaksi sosial yang sebenarnya, misalnya bisa jadi cara kebanyakan orang memperoleh keakraban sosial, bukan melalui hubunagn parasosial.

v Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan bentukan dari hubungan satu-kepada-satu. Saluran ini pun bisa berbentuk tatap muka maupun berperantara. Seorang kandidat kepresidenan yang berjalan melalui orang banyak sambil berjabat tangan atau seorang kandidat local yang melakukan kunjungan dari rumah ke rumah di daerah pinggiran kota merupakan contoh saluran interpersonal tatap muka.

Komunikasi massa menjangkau semua alat interpersonal dan berperantara untuk mencapai khalayak besar yang tidak berdekatan. Komunikasi interpersonal terdiri atas saling tukar kata lisan di antara dua atau lebih orang. Dalam memikirkan komunikasi interpersonal dalam masalah politik kita akan menelaah kontak interpersonal bagi kepentingan politik, yakni sifat dasar komunikasi seperti ini, dan faktor-faktor yang membantu membentuk garis bentuk pesan yang dipertukarkan.

1. Pengaruh pribadi dalam politik

Pada pembahasan sebelumnya kita menunjuk politikus, professional dan aktivis sebagai berbagai jenis komunikatsor politik. Dalam kategori aktivis kita berbicara tentang pemuka pendapat, yakni orang yang menaruh perhatian terhadap media massa, memilih pesan dan menyampaikan informasi serta opini baik kepada teman, tetangga, maupun kawan bekerja dan lain-lain melalui percakapan tatap muka. Melalui pengaruh pribadi, para pemuka pendapat merupakan salkuran yang menghubungkan jaringan massa dan komunikasi interpersonal.

Disamping pengaruh yang diberikan oleh mereka terhadap keputusan politik melalui kontak interpersonal, para pemuka pendapat memerankan peran utama dalam penyebaran informasi politik. Riset menunjukkan, misalnya, bahwa berita tentang peristiwa politik mencapai sebagian besar warga Negara melalui aliran dua arus informasi, yaitu banyak warga Negara yang mendengar tentang suatu peristiwa tidak langsung dari media massa, tetapi dari pembicaraan dengan orang lain yang memang tahu tentang hal itu melalui radio, televisi atau surat kabar. Bagaimana persisnya hubungan antara media massa dan media interpersonal dalam penyebaran informasi, sukar dilihat.

Terlepas dari perannya dalam memimpin pendapat dan dalam menyebarkan informasi, komunikasi interpersonal penting dalam politik karena hal lain. Meskipun media massa itu pervasive banyak sekali pembicaraan politik di antara para politikus, komunikastor professional dan aktivis yang mengalir terutama melalui saluran interpersonal.

2. Karakteristik percakapan politik

Komunikasi interpersonal mengenai politik, atau komunikasi apa pun mengenai masalah itu, adalah pertemuan terpusat. Artinya sangat sedikit orang yang mengambil bagian, pihak-pihak saling memberi hak untuk mengakui dan menjawab dalam pertukaran itu, dan percakapan berlangsung dengan cara orang-orang bergiliran mengatakan segala sesuatu. Sifat terpusat ini menghasilkan kemampuan koorientasi, seperti pada pertandingan dan negosiasi. Ada pula yang disebut dengan percakapan sebagai permainan.

Koorientasi: penyebutan ini hanya menunjukan bahwa orng saling bertukar pandangan teentang masalah, pertukaran itu menimbulkan serangkaian pesan dan tindakan dan melalui urutannya para pesrta serempak mengorientasikan diri terhadap objek yang dibahas dan terhadap satu sama lain.

Percakapan permainan: permainan adaalah saling tukar komunikasi di antara orang-orang yang saling mengenal, memusatkan perhatian kepada satu sama lain, tahu bahwa pihak masing-masing mengejar tujuan tertentu, melihat terbatasnya jumlah cara untuk mencapai tujuan ini, dan mengikuti suatu gramatika dalam bercakap-cakap. Misalnya permainan wajah, suatu permainan wajah bisa defensif; dalam permainan ini pemain berusaha melindungi sutau identitas dari ancaman. Selama periode ia mendapat kritik yang hebat dari berbagai media berita karena tidak bisa mengungkapkan masalahnya. Berbeda dengan defensif bentuk ini, ada juga permainan protektif yang melindungi identitas orang lain.

3. Kontur saling tukar interpersonal

Beberapa hal mempengaruhi makna yang diberikan orang kepada pesan-pesan yang mengalir melalui saluran-saluran interpersonal. Kita akan mengemukakan tiga dari yang terpenting yaitu homofili-heterofili, empati dan penyingkapan diri.

a. Homofili dan heterofili: homofili yaitu bila orang-orang terlibat dalam komunikasi itu sama dalam hal-hal penting seperti pendapat, usia, status sosial, pendidikan, jenis kelamin dll. Homofili dan komunikasi saling memelihara makin banyak komunikasi di antara orang-orang, mereka makin cenderung berbagi pandangan dan melanjutkan komunikasi. Berbeda dengan heterofili, heterofili merupakan kebalikan dari homofili, jika homofili yaitu kesamaan, maka pada heterofili yaitu ketidaksamaan.

b. Empati: empati adalah suatu sifat yang sanagt dekat asosiasinya dengan citra seseorang tentang diri dan tentang orang lain dank arena itu bisa dinegosiasikan melalui media interpersonal.

c. Menyikap diri: penyikapan diri terjadi bila seseorang memberitahukan kepada orang lain apa yang dipikirkan, dirasakan, atau diinginkannya, itulah cara yang paling langsung untuk memperlihatkan citra diri dan identifikasi yang dihargai. Meskipun menyikap diri barangkali meningkatkan pengertian interpersonal, terjadinya relative jarang. Penyikapan diri yang tulus bahkan lebih langka dalam politik.

v Komunikasi Organisasi

Organisasi sosial terdiri atas sekumpulan orang yang memiliki hubungan yang relative stabil di antara perseorangan dan subkelompok. Organisasi-organisasi bervarissi dalam kejelasan hubungan itu. Hubungan pribadi dalam organisasi informal berkembang secara spontan dan berlangsung melalui pengertian bersama, aturan yang tidak diucapkan, ritual dan tradisi. Sebaliknya, organisasi formal memiliki aturan dan pengaturan yang tegas, kedudukan di dalam organisasi yang ditetapkan dengan teliti, dan hak serta kewajiban yang ditunjukkan dengan jelas bagi para anggota. Pada umumnya, semakin rumit organisasi itu, semakin besar struktur formalnya. Jadi, organisasi yang rumit memiliki prosedur operasi standar yang rinci bagi tugas-tugas yang dijadikan rutin, hierarki formal untuk hubungan atasan-bawahan, pembagian kerja bagi tugas-tugas spesialisasi ---- manajer dll. Dan kriteria prestasi yang mendominasi pengangkaktan, alokasi beban tugas, status gaji dll.

Akhirnya, pada ujung yang paling formal dari continuum ini terdapat organisasi birokjrat. Kebanyakan dari apa yang harus kita katakana mengenai media organisasi menyangkut komunikasi di dalam birokrasi. Birokrasi, bila didefinisikan dengan car yang tidak merendahkan adaalh organisasi yang cukup besar, terdiri dari pekerha purnawaktu yang terikat kepada dan bergantung pada organisasi itu, mengandalkan kriteria prestasi dalam menilai pekerjaan, bukan sifat asli (seperti jenis kelamin atau ras) atau pilihan rakyat untuk kedudukan auutoritas dan memiliki relative sedikit penilaian eksternal atas prosuknya yang dihasilkan secara sinambung dan dengan alat-alat yang teliti. Misalnya bagi sebuah pabrik komersial yang besar, produknya menghasilkan pernyataan untung atau rugi.

· Komunikasi di dalam dan oleh organisasi

Dalam komunikasi organisasi terdapat dua tipe umum saluran komunikasi. Yang satu memudahkan komunikasi intern. Proses komunikasi birokratik internal memiliki tiga aspek. Pertama, orang-orang harus memiliki informasi sebagi dasr untuk membuat keputusan. Kedua, putusan dan dasr alasannya harus disebarkan agar anggota-anggota organisasi itu melaksanaknnya. Ketiga, ada saluran-saluran untuk ‘pembicaraan keorganisasian’. Selain saluran internal, ada juga media untuk komunikasi eksternal; dalam hal jawatan pemerintah, misalnya media ini mencakup saluran untuk berkomunikasi kepada warga Negara pada umumnya, klien kepentingan khusus, kongres, presiden dan jawatan pemerintah yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: Rosdakarya.

Pito, Toni Andrianus, Efriza, dan Fasyah Kemal. 2006. Mengenal Teori-teori Politik. Bnadung: Nuansa.

Fathurin, Zen. 2004. NU Politik: Analisis Wacana Media. Yogyakarta: Pelangi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar